Dalam komunitas masyarakat yang ingkar kepada Allah swt.,
mereka membangun sifat-sifat mereka menurut kekuatan atau status yang mereka
miliki. Agar seseorang memiliki rasa percaya diri, ia harus kaya atau terkenal,
atau cantik, tampan. Menjadi anak dari orang yang “dihormati” juga menjadi
alasan penting agar mendapat rasa
percaya diri pada masyarakat yang benar-benar
ingkar.
Akan tetapi, berbeda dengan orang yang beriman. Ini
dikarenakan orang-orang beriman berlomba-lomba untuk tidak mendapatkan simpati
siapa pun kecuali Allah, tidak terpengaruh oleh kriteria-kriteria duniawi yang
dipegang oleh sebagian besar masyarakat.
Allah selalu menolong orang-orang beriman. Dia tidak pernah
mengecewakan mereka dalam menghadapi perlawanan orang-orang yang ingkar, “Allah telah menetapkan, ‘Aku dan rasul-rasul- Ku
pasti menang...,” (al-Mujaadilah: 21) sehingga
para utusan dan para pengikut mereka akan mendapatkan kejayaan dengan dukungan
yang besar ini. Allah menjamin,
“Dan jika mereka bermaksud hendak menipumu, maka sesungguhnya cukuplah Allah
(menjadi pelindungmu). Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan
dengan para mukmin.” (alnfaal:62)
Jangan lupa bahwa hanya Allahlah yang memperkuat dan
memperbaiki orang-orang beriman serta mampu membuat mereka berjaya. Tidak hanya
cukup dengan bertumpu pada kekuatan fisik beserta pengaruhnya. Semua itu tidak
akan menghasilkan sesuatu kecuali dengan berdo’a memohon kepada-Nya. Do’a yang
diucapkan lebih besar manfaatnya. Sebagai balasannya, Allah mengabulkan keinginan
yang dimaksud. Itulah sebabnya mengapa orang beriman harus bersandar pada
pertolongan Allah.
Hasilnya, mereka menjadi sedemikian berani dan percaya diri
ketika menghadapi dunia. Mereka menjadi sedemikian kuat untuk dipengaruhi oleh
tindakan atau pikiran negatif. Musa a.s., yang tidak kehilangan akal ketika
penganutnya melampaui batas, berkata, “Jika
kamu dan orangorang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah),
maka sesungguhnya Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji.” (Ibrahim: 8)
Musa a.s. percaya diri dan tidak takut karena ia yakin bahwa
Allah dan pertolongan-Nya selalu bersama dengan orang-orang beriman. Allah
kemudian berfirman kepadanya, “Janganlah
kamu takut, sesungguhnya kamulah yang paling unggul (menang).” (Thaahaa: 68)
Sikap Musa a.s. harus menjadi contoh bagi orang-orang
beriman. Ini karena Allah telah menjanjikan perlindungan dan dukungan tidak
hanya kepada Musa a.s. serta para rasul, tetapi juga kepada setiap orang yang
memerangi kemungkaran dan membawa mereka kepada kejayaan. Sebagaimana yang
tercantum dalam Al-Qur`an, “... Allah
sekali-sekali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk
memusnahkan orang-orang yang beriman.” (an-Nisaa`: 141)
Orang beriman bertanggung jawab mempertahankan ketaatan
mereka kepada Allah dan menjadi hamba-hamba-Nya yang taat. Ketika hal ini
terjadi, mereka tidak akan merasa takut.
“Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah
orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat
petunjuk. Hanya kepada Allah kamu kembali semuanya, maka Dia akan menerangkan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (al-Maa`idah: 105)
Orang-orang kafir tidak dapat mencelakakan orang-orang yang beriman.
Semua rencana dan makar melawan orang-orang beriman akan tidak berguna. Pada
ayat berikut, hal ini dijelaskan.
“Dan sesungguhnya mereka telah membuat makar yang besar
padahal di sisi Allahlah (balasan) makar mereka itu. Dan sesungguhnya makar
mereka itu (amat besar) sehingga gunung-gunung dapat lenyap karenanya.”
(Ibrahim: 46)
Ketika orang-orang kafir berencana melawan orang-orang
beriman, Allah akan “... menarik mereka dengan
berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui.”
(al-A’raaf: 182) Mereka yakin bahwa mereka lebih tangguh
dari orang-orang beriman dan dapat dengan mudah mengalahkan mereka. Akan
tetapi, Allah swt. akan selalu bersama orang-orang beriman; dan kekuatan,
kemuliaan, serta kebesaran-Nya menjelma pada diri mereka. Al-Qur`an menjelaskan
kebenaran ini, yang tidak dapat dipahami orang-orang munafik.
“Mereka orang-orang yang mengatakan (kepada orang-orang
Anshar), ‘Janganlah kamu memberikan perbelanjaan kepada orang-orang (Muhajirin)
yang ada di sisi Rasulullah supaya mereka bubar (meninggalkan Rasulullah).’
Padahal kepunyaan Allahlah perbendaharaan langit dan bumi, tetapi orang-orang
munafik itu tidak memahami. Mereka berkata, ‘Sesungguhnya, jika kita telah
kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang
lemah darinya.’ Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan
bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui.’” (al-Munaafiquun:
7-8)
Ini merupakan perintah yang tidak dapat diubah. Orang-orang
beriman menurut ayat, “Hai orang-orang yang beriman,
bersiap siagalah kamu...,” (an-Nisaa`: 71) harus
selalu berhati-hati dan waspada terhadap orang-orang kafir, namun merasa tenang
dengan perintah Allah yang tersebut di atas.
Allah menjelaskan perintah yang sama dalam ayat yang lain,
“Sesungguhnya, orang-orang kafir dan menghalangi
(manusia) dari jalan Allah serta memusuhi rasul setelah petunjuk itu jelas bagi
mereka, mereka tidak dapat memberi mudharat kepada Allah sedikit pun. Dan Allah
akan menghapuskan (pahala) amal-amal mereka.” (Muhammad: 32)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar