Minggu, 01 Mei 2011

WAKTU ADALAH USIA KITA


 “Demi masa sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam keadaan rugi.
Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh dan saling
nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan saling menasehati
supaya menetapi kesabaran”.(Qs.Al-‘Ashr :1-3)

Imam Ja’far bin Muhammad al-Shadiq memberi nasehat; “ Siapapun yang
hari ini dan hari berikutnya sama maka ia adalah orang merugi. Siapapun
yang akhir dari dua hari yang dilewatinya buruk, maka ia adalah orang

yang terkutuk!. Siapapun yang tak melihat adanya pertambahan kebaikan
dalam dirinya, maka ia adalah orang yang berkekurangan! . Dan siapapun
yang dirinya berkekurangan, maka kematian lebih baik baginya dari pada
kehidupan”. Itulah sebuah nasehat yang harus kita hayati dengan dalam,
terlebih ketika hari-hari yang kita lewati tak juga menambah kesadaran
untuk merubah diri. Waktu demi waktu terus bergulir, tetapi rentetan
perjalanan hidup yang kita jalani hingga hari ini selalu menorehkan
keburukan. Alangkah tak pantasnya kita mengaku beriman, tetapi ketika
melakukan kemaksiatan terasa begitu aman. Sungguh, terkadang kita
memang sering tak tahu berterimaksih.

Dr. Yusuf al-Qardhawi pernah menulis dalam sebuah risalahnya, bahwa
waktu terus berlalu dan tak pernah kembali, waktu adalah harta manusia
yang paling berharga, waktu adalah kehidupan bagi seorang muslim.
Belajarlah dari perjalanan hari-hari, dari pergantian siang dan malam.
Sebab didalam keduanya ada sesuatu yang baru, dan keduanya dapat
mendekatkan sesuatu yang jauh. Dan ketahuilah, sesungguhnya pada
masing-masing waktu yang terlewati ada kewajiban yang harus kita
laksanakan untuk Allah.

Sahabat, Bingkai kehidupan yang kita jalani selalu pasang surut,
beralih pada sebuah keadaan ke keadaan lain. Ada kenikmatan yang pernah
kita rasakan, ada kesengsaraan yang pernah kita dapatkan, ada ketaatan
yang datang menjelang dan ada kemaksiatan yang terkadang kita lakukan.
Pada empat keadaan inilah ada kewajiban hamba untuk Allah.

Pertama; bagi kita yang mendapatkan kenikmatan, kewajiban kita harus
bersyukur kepada-Nya. Kedua; bagi yang berada dalam kesengsaraan,
berkewajiban untuk bersabar dan ridha terhadap ketetapan-Nya. Ketiga;
bagi yang sedang berada dalam ketaatan, berharaplah selalu kepada-Nya
agar kebajikan, hidayah dan taufiq selalu tertanam dalam jiwa. Keempat:
bagi yang berada dalam kemaksiatan, berkewajiban selalu memohon
ampunan, bertaubat atas kesalahan agar tersucikan segala kotoran, agar
termaafkan segala kemaksiatan.

Sungguh, waktu adalah peluang untuk meraih kesempatan dalam menggapai
cita. Sekali kita tingalkan waktu, saat itu juga kita tidak dapat
mengejarnya lagi walaupun sedetik. Hilang kesempatan timbul kekecewaan,
karena di dalam waktulah kita mendapat kebahagiaan dan kesengsaraan.
Ketahuilah, perjalanan hidup manusia melaju dengan cepat menuju Allah
swt. Hendaknya kita selalu mengadakan perhitungan untung-rugi dari apa
yang telah kita kerjakan. Sebab setiap gerak dari kehidupan kita tak
ada satupun yang luput dari penghilatan Allah, karena memang Dialah
yang memberi kekuatan gerak dalam hidup kita. Betapa seringnya kita
tertipu, kita mengira bahwa kita diam, sedangkan waktu terus berjalan.
Sebagai perumpaan dalam kehidupan, mungkin kita pernah naik kereta api
yang sedang berjalan, nampak dari dalam jendela seakan kita melihat
diluar berlari, padahal sesungguhnya kitalah yang bergerak cepat.

Sahabat, diantara sekian banyak kenikmatan yang kita rasakan adalah
nikmat umur. Betapa berharganya umur sehingga tidak dapat kita nilai
dengan uang yang bertumpuk atau dengan emas yang berbungkal-bungkal.
Rasulullah mengingatkan kita tentang betapa pentingnya memahami
persoalan ini. Beliau bersabda: “Belum lagi hilang jejak kaki seorang
hamba pada hari kiamat, sehingga kepadanya telah di ajukan empat
pertanyaan, yaitu; Dari hal umurnya kemana dihabiskan. Dari hal
tubuhnya untuk apa dipakainya. Dari hal ilmunya apa yang sudah
diamalkan denganya dan dari hal hartanya dari mana diperolehnya dan
untuk apa dibelanjakannya”. ( Hr. Bukhari).

Sadarilah…pada waktu itu ketika sampai pertanyaan tentang usia yang
kita habiskan, kita tak dapat berdusta sedikitpun, karena seluruh tubuh
kita menjadi saksi dari apa yang kita kerjakan. Barulah timbul
penyesalan yang ketika itu tidak berguna sebanyak apapun penyesalan
kita bahkan tangis dan ratap kita tak dapat menolong sedikitpun. Umur
kita akan melaporkan kepada Allah dengan tidak dikurangi dan ditambah
sedikitpun. Sesungguhnya, semakin bertambah umur kita setahun semakin
dekat kita kepada azal dan semakin dekat kita kepada azal, semakin
dekat pula kita keliang kubur. Karenanya sebelum umur kita bercerai
dari badan, jangan terlambat untuk bertaubat menyesali kealfaan diri.
Jangan terpedaya oleh pesona keindahan dunia, jangan tergiur oleh
pengaruh pangkat dan jabatan


sumber: Artikel Lainnya : abinya azka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar