Selasa, 24 Agustus 2010

Keberadaan Allah



Al-Qur`an menginformasikan kepada kita tentang kebenaran sifat-sifat Allah,

“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang hidup kekal lagi
terus-menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur, Kepunyaan-Nya
apa yang di langit dan di bumi. Tiada dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah
mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak
mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah
meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah
Mahatinggi lagi Mahabesar.” (al-Baqarah: 255)



“Allahlah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah
berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu,
dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.” (ath-Thalaaq: 12)


Akan tetapi, banyak orang yang tidak menerima keberadaan Allah swt. seperti yang telah
dijelaskan dalam ayat-ayat tersebut. Mereka tidak memahami kekuasaan dan kebesaran-Nya yang
abadi. Mereka memercayai kebohongan bahwa merekalah yang mengatur diri mereka sendiri dan
berpikir bahwa Allah berada di suatu tempat yang jauh di alam semesta dan jarang mencampuri
“perkara keduniaan”. Pemahaman terbatas orang-orang ini disebutkan dalam Al-Qur`an, “Mereka
tidak mengenal Allah dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya, Allah benar-benar Mahakuat
lagi Mahakuasa.” (al-Hajj: 74)

Memahami kekuasaan Allah swt. dengan baik merupakan ikatan awal dalam rantai keimanan.
Sesungguhnya, seorang mukmin akan meninggalkan pandangan masyarakat yang menyimpang
tentang kekuasaan Allah swt. dan menolak keyakinan sesat dengan mengatakan, “Dan bahwasanya
Orang yang kurang akal dari kami dahulu selalu mengatakan (perkataan) yang melampaui
batas terhadap Allah.” (al-Jin: 4)

Kaum muslimin memercayai Allah swt. sesuai dengan penjelasan Al-Qur`an. Mereka melihat
tanda-tanda keberadaan Allah pada dunia nyata dan alam gaib, kemudian mulai memercayai
keagungan seni dan kekuasaan Allah.

Akan tetapi, jika umat berpaling dari Allah serta gagal bertafakur kepada Allah dan ciptaan-
Nya, mereka akan mudah terpengaruh oleh keyakinan-keyakinan yang menyesatkan pada saat ditimpa
kesusahan. Allah menyebutnya sebagai bahaya yang potensial, dalam surah Ali Imran: 154, mengenai
umat yang menyerah dalam berperang, “... sedang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri
mereka sendiri; mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliah....”
Seorang muslim seharusnya tidak melakukan kesalahan seperti itu. Karena itu, dia harus
membebaskan hatinya dari segala sesuatu yang dapat memunculkan sangkaan jahiliah dan menerima
keimanan yang nyata dengan segenap jiwa sebagaimana penjelasan dalam Al-Qur`an.

sumber:allahdekatbersamakita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar